Konsep Rizki dalam al-Quran (Part C)
Rezeki sebagai pengertian alamat kenabian, seperti disebutkan dalam surah Hûd [11]: 88. Kata “rizqan hasanan” dipahami sebagai alamat kenabian, melalui konteks ayat sebelumnya, yakni setelah mendengar tuduhan kaumnya (ayat 87), Nabi Syu’aib berkata,
“Hai kaumku, bagaimana fikiran kamu yakni beritahulah aku jika seandainya aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhan Pemelihara dan Pembimbingku dan dianugerahi-Nya aku dari-Nya rezeki yang baik yakni kenabian, patutkah aku menyalahi perintah-Nya? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu lalu menuju kepada apa yang aku larang kamu mengerjakannya yakni aku tidak melarang kamu melakukan sesuatu lalu aku mengerjakan apa yang aku larang itu. Aku tidak bermaksud kecuali melakukan dan mengundang hadirnya perbaikan selama aku berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada-Nya aku bertawakal yakni berserah diri setelah usaha maksimal dan hanya kepada-Nya aku kembali.”
Banyak ulama memahami kata “ rizqan hasanan” (rezeki yang baik) dalam arti kenabian. Namun demikian, beliau (Nabi Syu’aib) menamai kenabian yang dianugerahkan Allah kepadanya dengan rezeki yang baik. Hal tersebut untuk memperhadapkan anugerah itu dengan harta yang disebut oleh kaumnya sebagai wewenang penuh mereka untuk memperoleh dan membelanjakannya.
Di sisi lain, penyifatan rezeki dengan yang baik mengisyaratkan bahwa ada rezeki yang tidak baik. Ini antara lain, jika perolehannya tidak sesuai dengan tuntunan agama, seperti misalnya, melalui pengurangan takaran yang dilakukan oleh kaum Nabi Syu’aib.
Thabâthabâ’î memahami penggalan pertama dari ucapan nabi Syu’aib as di atas dalam arti:
“beritahulah aku seandainya aku seorang rasul utusan Allah kepada kamu, dan aku secara khusus dianugerahi-Nya wahyu, pengetahuan dan dan tuntunan syariat, serta dikukuhkan dengan bayyinah (bukti) yang membenarkan apa yang aku sampaikan, apakah aku seorang yang bodoh, lemah fikiran? Atau apakah tuntunan yang aku sampaikan adalah kepicikan? Apakah itu kesewenangan dari aku atas diri kamu, atau perampasan kebebasan kamu? Sungguh hanya Allah sendiri Pemilik segala sesuatu. Kalian tidak bebas bila dihadapkan kepada-Nya, bahkan kalian adalah hamba-hamba-Nya. Dia yang memerintah kalian sesuai kebijaksanaan-Nya. Dia Pemilik ketetapan dan kepada-Nya saja kalian akan kembali."
(Konsep Rizki dan Implikasi Teologis dalam Pandangan al-Quran, Lukman Nul Hakim)
Post a Comment