Dalam literature bahasa Arab, jihad berasal dari kata jâhada, yujâhidu, jihâd.
Sedangkan dalam kamus Oxford, kata jihad telah dimasukkan dalam kosakata bahasa Inggris dan diartikan sebagai
a holy war fought by Muslims against those who reject Islam.
Interpretasi barat, terhadap kata jihad (bertolak pada definisi Jihad di Kamus Oxford), dari awal memang cenderung negatif; dengan mendefinisikan bahwa jihad adalah Perang Suci untuk melawan mereka yang menolak Islam.
Konotasi jihad sebagai ‘perang suci” sangat ditakuti pihak Barat, sementara, militansi ini juga ditanamkan oleh golongan yang memaknai jihad sebagai perang, untuk membela kaum muslimin yang diserang.
Kata jihad terulang dalam Al-Quran sebanyak 41 kali dengan berbagai bentuknya. Menurut Ibnu Faris (w. 395 H) dalam bukunya Mu'jam Al-Maqayis fi Al-Lughah, "Semua kata yang terdiri dari huruf j-h-d, pada awalnya mengandung arti kesulitan atau kesukaran dan yang mirip dengannya."
Kata jihad terambil dari kata jahd yang berarti "letih/sukar." Dari sisi ini, Jihad membawa pengertian tentang suatu hal yang sulit untuk dilakukan dan membutuhkan usaha yang maksimal.
Ada juga yang berpendapat bahwa jihad berasal dari akar kata "juhd" yang berarti "kemampuan". Ini karena jihad menuntut daya kemampuan, dan tidak bisa dilakukan sembarangan. Dari kata yang sama, tersusun ucapan "jahida bir-rajul" yang artinya "seseorang sedang mengalami ujian". Terlihat bahwa kata ini mengandung makna ujian dan cobaan, hal ini wajar karena jihad memang merupakan ujian dan cobaan untuk menilai kualitas seseorang.
Dari 41 lafad jihad dan derivasinya di Al-Quran, memang kebanyakan mengarah pada pengertian Perang. Hanya 6 lafad yang tidak mengarah ke pengertian Perang, yaitu pada ayat berikut:
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى
أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا
فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ
مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. Luqman ayat 15)
وَيَقُولُ الَّذِينَ آَمَنُوا
أَهَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ
إِنَّهُمْ لَمَعَكُمْ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَأَصْبَحُوا خَاسِرِينَ
“Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: "Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?" Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi.” (Q.S. al-Maidah: 53)
Lafad
Jahda pada ayat terakhir, disebutkan pula, dengan teks yang hampir serupa pada 4 ayat lain, yaitu: al-Anam ayat 109, an-Nahl ayat 38, an-Nur ayat 53, dan Fatir ayat 42.
Jadi
memang benar bahwa jihad berarti perang, terlepas konotasi positif atau
konotasi negatif dari kata perang itu sendiri.
Jihad dalam al-Quran dan Alkitab?
Sesungguhnya, secara metodologis, kita tidak bisa membandingkan jihad dalam al-Quran dan Injil. Hal ini dikarenakan, jihad adalah kosakata bahasa Arab (yang merupakan bahasa Asli al-Quran) sedangkan Injil aslinya tidak berbahasa Arab. Inilah yang kemudian menimbulkan kerancuan ketika penulis berusaha mengkaji jihad dalam kedua kitab tersebut.
Akan tetapi, untuk menyelesaikan artikel ini, penulis mencoba untuk mengambil referensi bible yang telah diterjahkan ke dalam bahasa Arab. Dengan menggunakan injil berbahasa Arab inilah penulis dapat mengambil lafad jihad dengan segala derivasinya dari kedua kitab (al-Quran dan Injil berbahasa Arab).
Setelah melakukan kajian, dengan bantuan software Maktabah Syamilah dan al-Kitab versi 2.70, penulis menemukan beberapa lafad jihad dari kedua kitab dengan beberapa derivasinya yang ada.
Untuk lebih jelasnya tentang perbandingan ayat-ayat tersebut, penulis mengklasifikasinya berdasarkan bentuk lafadnya pada tabel berikut:
Bentuk Peperangan dalam Islam
Jika kita merunut pada fakta sejarah, maka Islam dan Kristen juga disebarkan dengan kekuatan militer atau peperangan. Namun, apabila kita cermati ada perbedaan mendasar antara peperangan yang dilakukan oleh orang Islam
dengan prinsip Jihadnya. Peperangan yang dilakukan Islam adalah
bentuk penaklukan.
Penaklukan yang dilakukan oleh orang Islam adalah dengan menundukkan penguasa pada suatu wilayah, kemudian menduduki wilayah itu dan menganggap wilayah itu sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan tanah wilayah Islam lainnya.
Hal ini berindikasi pada pemakmuran wilayah yang diduduki dan tidak ada marginalisasi dalam segala hal, termasuk ekonomi, pembangunan dan pemberlakuan hak-hak penduduknya. Para penduduk diberlakukan setara, tidak ada eksploitasi dan pemerasan yang dilakukan pada tanah yang diduduki tersebut. Sehingga pendudukan ini, tidak membuat penderitaaan pada rakyat, akan tetapi semakin meningkatkan kemakmuran rakyat (yang sebelumnya dipimpin oleh penguasa yang lalim dan tidak adil pada rakyatnya).
Islam, sebagaimana, dicontohkan oleh Rasulullah saat
Fathu al-Makkah ;dengan santun memasuki wilayah yang akan diduduki, tidak melakukan penganiayaan terhadap para penduduk. Bahkan Rasulullah memerintahkan pasukan untuk tidak memacu kuda mereka dengan kasar yang akan menimbulkan ketakutan warga Mekah. Begitu wilayah Mekah telah dikuasai, maka tidak ada pembedaan antara penduduk asli dengan pasukan Muslim. Mereka diperlakukan sama, serta tidak ada harta benda yang direbut (dijarah).
Kesimpulan
Kata jihad tidak hanya berkonotasi pada peperangan, tapi bisa juga berarti
perjuangan atau usaha yang bersungguh-sungguh. Kalaupun diartikan peperangan, dalam Islam, peperangan itu diatur lagi dengan aturan-aturan yang lebih detail lagi, sehingga tidak asal dilakukan dan membahayakan semua pihak.
semoga persepsi negatif akan jihad mengalami pergeseran signifikan ke
arah konotasi yang lebih positif.
(Irvan M. Hussein)
Daftar Pustaka
Quraish Shihab,
Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat,
Bandung:
Mizan, 2009.
J.F.
Kasenda, Software Alkitab 2.70, Jakarta: 2000.
Post a Comment