Aksesories Laptop n Komputer

Radikalisme Beragama = Neo Khawarij ?

Table of Contents
islam rahmatan lil alamin damai bukan kekerasan

Islam Rahmatan lil-Alamin

Islam seharusnya membawa kedamaian, ketentraman dan kesejukan untuk seluruh alam (Rahmatan lil Alamin).
Namun, seringkali konsep ini dinodai oleh praktek-praktek kotor oknum yang mengatasnamakan Agama Islam. Bom bunuh diri atas nama jihad terjadi dimana-mana tanpa henti. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia sendiri, maupun di luar negeri, menjadi catatan hitam maraknya aksi terorisme dan radikalisme yang harus disikapi secara aktif dan solutif. 

Rekrutmen kelompok radikal teroris ini terus berlangsung tanpa henti. Kader-kader muda potensial menjadi sasaran empuk kaderisasi ini. Berbagai strategi efektif mereka lancarkan untuk menaklukkan para calon pemimpin masa depan bangsa. 
Mayoritas yang direkrut adalah mereka yang pemahaman agamanya kurang namun semangat keagamaannya tinggi.
Ironisnya lagi,
Al-Qur’an dan hadis adalah dua senjata ampuh mereka untuk mencuci otak kader-kader muda potensial. Mereka menyiapkan berbagai ayat dan teks hadis untuk melakukan indoktrinasi dan konstruksi paradigma dalam memandang makna hidup. Dengan metodologi yang teruji, mereka mampu mengubah pandangan hidup, keyakinan, dan pemikiran kader-kader muda sesuai dengan target yang ditetapkan. 
Kepatuhan terhadap pemimpin adalah absolut tanpa reserve. Apa yang diperintahkan pemimpin harus dilaksanakan demi tegaknya Islam dan hancurnya kemaksiatan dan kebatilan di muka bumi.

Kilasan Sejarah Kaum Radikal

Dalam konteks sejarah, kaum radikalis muslim ini lahir dari kontestasi politik antara kelompok Sayyidna Ali bin Abi Thalib dan kelompok Sahabat Mu’awiyah yang secara tidak langsung, membidani lahirnya kaum Khawarij
Menurut Harun Nasution, khawarij memahami ajaran dalam al-Qur’an dan hadis secara tekstual dan harus dilaksanakan sepenuhnya. Iman dan paham mereka sederhana, fanatik dan sempit akalnya. Salah satu ajarannya adalah pemimpin yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam wajib dijatuhkan atau dibunuh. Mereka tidak mentolerir penyimpangan, walau dalam bentuk kecil. Namun kelompok ini juga mempunyai pandangan progresif dan demokratis, yaitu pemimpin harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam.
Ciri Utama kelompok khawarij adalah ekstrim, eksklusif, dan radikal. Bahkan mereka membandingkan ibadah mereka dengan Rasulullah SAW. Mereka merasa lebih baik karena intensitasnya beribadah kepada Allah lebih banyak. Sedangkan ibadah, seharusnya tidak hanya vertikal, tapi juga horisontal. Inilah yang tidak mereka pahami dengan baik dan seimbang.

Pengetian Radikalisme Agama

cegah radikalisme agama

Yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang berpandangan kolot dan sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka. Sementara Islam merupakan agama kedamaian yang mengajarkan sikap berdamai dan mencari perdamaian.
Islam tidak pernah membenarkan praktek penggunaan kekerasan dalam menyebarkan agama, paham keagamaan serta paham politik. 
Tapi memang tidak bisa dibantah bahwa dalam perjalanan sejarahnya terdapat kelompok-kelompok Islam tertentu yang menggunakan jalan kekerasan untuk mencapai tujuan politis atau mempertahankan paham keagamaannya secara kaku yang dalam bahasa peradaban global sering disebut kaum radikalisme Islam.

Istilah radikalisme untuk menyebut kelompok garis keras dipandang lebih tepat ketimbang fundamentalisme, karena fundamentalisme sendiri memiliki makna yang interpretable. Dalam tradisi pemikiran teologi keagamaan, fundamentalisme merupakan gerakan untuk mengembalikan seluruh perilaku dalam tatanan kehidupan umat Islam kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sebutan fundamentalis memang terkadang bermaksud untuk menunjuk kelompok pengembali (revivalis) Islam. Tetapi terkadang istilah fundamentalis juga ditujukan untuk menyebut gerakan radikalisme Islam. 

Dengan demikian penulis lebih cenderung menggunakan istilah radikalisme dari pada fundamentalisme karena pengertian fundamentalisme dapat memiliki arti-arti lain yang terkadang mengkaburkan makna yang dimaksudkan;  sedang radikalisme dipandang lebih jelas makna yang ditunjuknya yaitu gerakan yang menggunakan kekerasan untuk mencapai target politik yang ditopang oleh sentimen atau emosi keagamaan.

Sebutan untuk memberikan label bagi gerakan radikalisme bagi kelompok Islam garis keras juga bermacam-macam seperti ekstrim kanan, fundamentalis, militan dan sebagainya. 
M.A. Shaban menyebut aliran garis keras (radikalisme) dengan sebutan neo-khawarij. Sedangkan Harun Nasution menyebutnya dengan sebutan khawarij abad ke dua puluh 

karena memang, jalan yang ditempuh oleh kaum radikalis untuk mencapai tujuan adalah dengan menggunakan kekerasan sebagaimana dilakukan khawarij pada masa pasca Tahkim.

Indikasi Radikalisme Agama

Sikap radikalis bisa kita amati dalam beberapa indikasi berikut:
  • Fanatik terhadap suatu pendapat, tanpa menghargai pendapat orang lain.
  • Mewajibkan orang lain untuk melaksanakan sesuatu yang tidak diwajibkan oleh Allah.
  • Sikap keras untuk yang tidak pada tempatnya, misalnya dengan memaksakan untuk mendirikan Negara Islam di Negara yang plural.
  • Keras dan pedas dalam menyampaikan pendapatnya.
  • Sikap takfir atau terlalu mudah mengkafirkan orang lain dan menghalalkan darah pihak lain tanpa alasan yang tepat.
Al-Quran dan Hadis telah melarang sikap berlebihan (ghuluw), melampaui batas (tanathu’) dan sikap keras (tasydid).
Beberapa ayat dan hadis yang melarang sikap-sikap tersebut antara lain:

Surat al-Nisa ayat 171

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا

Artinya: “Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya. yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara."


Hadis riwayat Imam Muslim

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ قَالَهَا ثَلَاثًا

Artinya: “celakalah orang-orang yang berlebih-lebihan

Imam Nawawi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-Mutanaththi’un adalah orang-orang yang melampaui batas dalam ucapan dan perbuatan mereka

Penyebab Radikalisme

Sebab-sebab umum yang melatarbelakangi munculnya radikalisme antara lain:
  • Pengetahuan agama yang lemah.
Dengan lemahnya pengetahuan agama seseorang, maka ia tidak akan memahami agama secara mendalam, kesulitan mengetahui hikmah di dalamnya, dan apa yang sebenarnya tujuan dari aturan agama tersebut.
  • Pemahaman Tekstual
Dengan lemahnya pengetahuan akan agama maka mereka akan memegang teks secara lahiriah, tanpa berusaha menyelami lebih dalam apa yang dimaksud oleh teks tersebut.
  • Pemberian porsi terlalu besar pada hal-hal parsial
Terlalu sibuk pada perdebatan masalah parsial (furuiyyah) seperti masalah ritual-ritual masyarakat Islam, cenderung melupakan kita pada hal-hal besar yang seharusnya diberi porsi lebih; seperti bagaimana berbakti kepada orang tua, professional dalam bekerja dan juga dalam menciptakan kesejahteraan umat secara global.
  • Belajar ilmu hanya dari buku dan al-Quran dari mushaf terjemah
terorisme radikalisme kekerasan dalam islam
Dengan tidak adanya diskusi dan telaah secara lebih lanjut, serta tidak belajar dari para guru yang berkompeten di bidangnya, maka akan sangat dimungkinkan seseorang memliki pemahaman yang berbeda dengan apa yang sebenarnya diinginkan oleh teks yang dibacanya.

  • Pengetahuan sejarah yang lemah
Dengan tidak mengetahui sejarah khususnya terkait dengan suatu teks, maka interpretasi mereka akan cenderung kurang tepat (salah).




(Irvan M. Hussein)



DAFTAR PUSTAKA

Harun Nasution, Islam Rasional, Bandung: Mizan, 1995.

Nurcholis Madjid, Islam Agama Peradaban, Mencari Makna Dan Relevansi Doktrin Islam Dalam Sejarah, Jakarta: Paramadina, 1995.. 

Muhammad  Imarah,  Fundamentalisme Dalam Perspektif Barat dan Islam, Terj. Abdul Hayyie al-Kattani, Jakarta: Gema Insani Press, 1999. 

Ahmad Fahruddin dkk, al-Quran Digital 2.1, 2004

Imam Nawawi, Syarh Nawawi Ala al-Muslin, Maktabah Syamilah.

------------, al-Tafsîr al-Munîr li Ma’âlim al-Tanzîl, Surabaya: Al-Hidâyah.

Imam Bukhari, Sahih Bukhari, Maktabah Syamilah.

Imam Muslim, Sahih Muslim, Maktabah Syamilah. 

Wahbah al-Zuhaili, al-Tafsîr al-Munîr fi al-Aqîdah wa al-Syarîah wa al-Manhaj, Beirut : Dâr al-Fikri, 2009.

Al-Razi, Mafatih al-Ghaib, Maktabah Syamilah.

Turmudzi, Sunan at-Turmudzi, Maktabah Syamilah.

Muhammad bin Abdurrahman, tuhfatu al-Ahwadzi bi syarhi jami’i al-Turmudzi, maktabah.

Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Maktabah Syamilah, jus 7, hlm. 143.



Post a Comment

Jasa Desain Website Proffessional