Membangun(kan) Mental Baja Kader Muda Nahdlatul Ulama
PR GP Ansor Kelurahan Panjunan, Kec. Kota, Kab. Kudus menggelar Kegiatan yang dinamakan dengan “Njagong Keilmuan”. Kegiatan ini menyasar para Generasi Muda NU dengan mengambil Tema, “Membangun(kan) Mental Baja Kader Muda Nahdlatul Ulama”.
Renovasi Mental
Mental berhubungan
dengan watak dan batin manusia. Dari kata Latin “mens” (mentis) berarti jiwa,
nyawa, sukma, roh, dan semangat, sedangkan mentalitas menurut KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) adalah aktivitas jiwa, cara berpikir, dan berperasaan.
Di sini, Mental bisa diartikan
sebagai suasana kejiwaan dan pola pikir (mindset) seseorang atau sekelompok
orang. Pertanyaan selanjutnya, apakah Mental adalah sebuah Potensi Diri,
yang sudah ada di dalam masing-masing pribadi, atau Mental adalah eksistensi
baru, yang perlu ditambahkan ke dalam jiwa seseorang.
Jika mental memang
merupakan potensi diri atau hal yang sudah ada di dalam jiwa manusia, maka, ia
hanya perlu dibangunkan. Mental hanya perlu digugah agar tersadar dan
menjadi tambahan energi positif bagi seseorang.
Namun, jika mental
adalah eksistensi baru, maka ia perlu dibangun dari awal, agar seseorang
mempunyai energi positif dan semangat baru dalam menjalani kehidupan.
Titik tengahnya, jika
mental sudah ada dan sudah terbangun, maka apakah mental bisa dibangun ulang,
atau direnovasi agar menjadi lebih baik?
Inilah titik yang akan dibincangkan dalam Njagong Keilmuan malam ini.
Njagong Keilmuan
Kegiatan Njagong
Keilmuan ini sebenarnya merupakan rangkaian acara akhir periode kepengurusan PR
GP Ansor Kel. Panjunan, Masa Khidmah 2020 – 2022.
Para kader muda NU
perlu ditemukan agar terjadi singkronasi yang baik di tiap tingkatan. Dengan
kegiatan-kegiatan Njagong semacam ini, diharapkan perpindahan gigi estafet
organisasi; sebut saja, dari IPNU ke Ansor atau dari IPPNU ke Fatayat, akan
berlangsung smooth layaknya perpindahan gigi pada Mesin Transmisi
Otomatis (Mesin Matic).
Fakta, yang sering
terjadi di lapangan, adalah adanya semacam garis pembatas antar level generasi
di NU. Hal ini mengakibatkan seringnya terjadi “hentakan” saat proses
perpindahan gigi, dari level organsasi awal ke level organisasi yang lebih
tinggi.
Ketidakaktifan Ansor
di suatu daerah, padahal IPNUnya aktif, misalnya, adalah salah satu bentuk
Hentakan yg sedang kita bicarakan.
Jika kita Kembali pada
Mental, hentakan dalam sebuah organisasi, juga sangat dipengaruhi seberapa baik
kesiapan mental para kadernya, untuk melanjutkan kepemimpinan yang ada. Jika,
mental tidak dibangun atau dibangunkan dari awal, maka potensi kevakuman dalam
organisasi akan terjadi.
Untuk itu, pada
kegiatan kali ini, Ansor Panjunan menghadirkan beberapa Nara Sumber yang sebut
saja sebagai Para Insinyur yang tak hanya siap membangunkan, tapi juga kompeten
dalam membangun mental; baik itu berupa bangunan baru, atau sekedar melakukan
renovasi mental.
Pemateri kedua,
Sahabat Supriyono, S.Pd.I, MM, bisa dikatakan sebagai Instrukturnya para
Instruktur di PC GP Ansor Kabupaten Kudus. Pengalaman pribadi serta organisasi,
memperkuat sikap Mental Baja beliau. Banyak kader berkualitas yang lahir dari
didikan dan masukan beliau.
Untuk mengkolaborasikan
kedua pemateri dan menyampaikan keilmuan kepada para pendengar, kami
menghadirkan Sabahat Fatchul Munif, sebagai moderator. Beliau ini adalah
pendobrak kembali PAC GP Ansor Kecamatan Kota, Kudus, yang sudah lama vakum.
Dinamika kehidupan beliau ini juga sangat menarik, dan jelas menunjukkan sebuah
Mental Baja di dalamnya.
Panjunan, 23 September
2022
Irvan Maria Hussein
Ketua PR Ansor Kel. Panjunan Periode 2018 – 2020 dan 2020 - 2022
Post a Comment