Aksesories Laptop n Komputer

Gelar Raden dan Ragamnya dalam Budaya Jawa

Table of Contents
Raden, mungkin kata yang jarang kita dengar sekarang. Namun, kata raden, merupakan hal yang tak asing dan banyak dikenal, khususnya dalam kebudayaan Jawa.
Sebagian dari kita, ketika mendengar kata raden, pasti akan menghubungkan dengan sebuah Kebangsawanan, Keraton, Keluarga Kerajaan dan hal- hal lain yang terkait dengan status yang mulia.

raden gelar jawa

Raden merupakan gelar bangsawan untuk Keturunan Raja?

Dalam term Jawa kuno, dikenal istilah Rahadian / Rohadian. Jika diperinci, Rohadian terdiri dari kata Roh yabg bermakna sukma; jiwa, serta Kata Adi yang bermakna luhur; agung. Jadi Rohadian bermakna Jiwa yang Mulia dan Budi pekerti yang Luhur.

Kata Rahadian, kemudian menurun menjadi Radian / Radin yang bermakna Perasaan dan Kemudian dikenal dengan Raden. Jadi bisa dikatakan kata Raden mempunyai makna Jiwa atau Rasa yang Baik, rasa yang agung. 

Kata Radin / Raden terhubung dan dekat dengan kata Radya / Raja yang bermakna Pemangku Negeri. Jadi Seorang Raden dan Raja adalah para pemangku negeri yang berbudi luhur, berjiwa agung, serta punya perasaan watak yang baik.

Namun, apapun itu, yuk coba kita fokus pada Gelar Raden yang sekarang kita kenal bersama. Raden merupakan Gelar Kebangsawaan secara umum, atau bisa dibilang Gelar Bangsawan terendah dalam struktur kebangsawanan Jawa.

Gelar Kebangsawanan yang akan kita kenali pada artikel ini, adalah gelar kebangsawanan Jawa yang dipakai setelah Era Mataram Islam ya Sobat Santri. Perlu dimengerti, bahwa Mataram Islam itu eranya setelah Kasultanan Demak. Itu Artinya, masa pemerintahan Mataram Islam itu setelah Masa Wali Sanga.

Secara umum, penggunaan Gelar Kebangsawanan Jawa terbagi dalam 3 kategori:
  • Gelar Keturunan, yang secara otomatis diwariskan oleh leluhurnya
  • Gelar Jabatan, yang diperoleh karena memangku sebuah jabatan
  • Gelar Kehormatan, yang diberikan kepada mereka yang berjasa pada negara atau masyarakat

Gelar Kebangsawanan Karena Keturunan

Kembali pada Gelar Raden, setiap keturunan Raja, berhak menyandang gelar Raden ini. Seorang keturunan langsung atau anak Raja, jika putra bergelar Bendara Raden Mas (BRM) dan yang putri, bergelar Bendara Raden Ajeng (BRA). Dalam hal ini tidak ada pembedaan apakah mereka keturunan dari permaisuri (istri utama) atau dari istri - istri yang lain.

Pembedaannya hanya berlaku bagi para putra setelah mereka menikah. Seorang putra dari permaisuri, akan berubah gelarnya menjadi Gusti Pangeran Harya (GPH). Sedangkan putra yang bukan dari permaisuri, ketika menikah, akan bergelar Bendara Pangeran Harya (BPH).

Untuk para putri, baik keturunan permaisuri atau pun tidak, setelah menikah akan bergelar Bendara Raden Ayu (BRAy). Jadi, perubahannya adalah dari Ajeng sebelum menikah, diganti Ayu, setelah menikah.

Para keturunan dari Pangeran ini nantinya, berhak menyandang gelar Raden Mas, bagi putra. Untuk putri akan bergelar Raden Rara. Raden Mas ini ketika menikah tetep berlear Raden Mas, dan keturunannya pun bergelar Raden Mas. Namun, keturunan setelahnya (canggah / piut Raja) hanya akan bergelar Raden saja.
Sedangkan untuk Raden Rara, setelah menikah akan bergelar Raden Nganten.

Untuk belajar secara detail tentang gelar - gelar ini terus terang saja akan menjadi rumit. Setelah Mataram Islam terpecah menjadi Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta, disusul kemudian muncul Pakualaman dan Mangkunagaran. Masing - masing wilayah ini mempunyai aturan tersendiri terkait gelar keturunan. Belum lagi, terkadang aturan itu mengalami perubahan.

Gelar Kebangsawanan Karena Jabatan dan Gelar Kehormatan

Secara umum, penyebutan Raden hanya berlaku untuk para keturunan Raja. Dalam Gelar Jabatan, jika bukan dari keturunan Raja, maka hanya akan diawali dengan Mas, misal Mas Ngabehi, Mas Wadana, Mas Tumenggung, dan lain sebagainya. Jika pemangku jabatan tersebut adalah keturunan Raja, barulah Raden disematkan di depan Jabatan, seperti Raden Ngabehi, Raden Wadana, Raden Tumenggung dan lain sebagainya.

Gelar Jabatan perempuan biasanya menggunakan kata Nyi. Aturanya pun hampir sama dengan para Pria. Jika ia adalah keturunan Raja, maka kata raden disematkan padanya, seperti Nyi Raden Ngabehi, Nyi Raden Wadana dan Nyi Raden Tumenggung. 
Jika bukan keturunan Raja, maka kata Raden tidak digunakan, seperti Nyi Mas Ngabehi, Nyi Mas Wadana dan Nyi Mas Tumenggung.

Pada Gelar Kehormatan, khususnya dari Kasunanan Surakarta (Solo), tampaknya Raden pun juga disematkan untuk mereka yang berjasa, walaupun bukan keturunan Raja. Sebagai contoh adalah gelar yang diberikan kepada salah satu Dosen Undip, dengan Gelar Kanjeng Raden Haryo Tumenggung Dwijadiningrat. Gelar ini dianugerahkan oleh Keraton Surakarta karena beliau dianggap berjasa dalam bidang Pendidikan.
Seorang warga Tionghoa juga pernah mendapatkan gelar Kanjeng Raden Tumenggung, karena dedikasinya dalam budaya jawa, yaitu sebagai seorang ahli batik dan keris. 

Sobat Santri, ga perlu merasa kebingungan deh. Yang perlu kita tahu adalah Raden merupakan salah satu gelar Kebangsawanan Jawa. Itu aja sudah cukup sih, tentang rinciannya, kalo memang Sobat berencana mendalami ini, bisa langsung deh studi banding ke Keraton Jogja atau Solo. 

Namun, apapaun itu, dengan sedikit mengetahui hirarki gelar kebangsawanan ini, kita telah berusaha untuk terus menjaga budaya leluhur ini tetep lestari dan berjaya. Mari nyalakan obor semangat untuk terus nguri-uri kabudayan.

Terima Kasih lho Sobat, udah mengikuti artikel Santri Media,
Semoga bermanfaat untuk menambah wawasan kita semua.



Salam,
Irvan M. Hussein





Post a Comment

Jasa Desain Website Proffessional