Santri Pancasila; Karakter Santri Masa Kini dalam Era Digitalisasi
Table of Contents
Pancasila dalam Jiwa Santri Nusantara
Pancasila yang menjadi falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia, tentunya harus benar-benar ditanamkan di setiap elemen Rakyat Indonesia. Berpancasila memang tidak segampang dengan menyebutkan lima sila dalam Pancasila, namun harus mengerti dengan kajian yang sangat dalam untuk memberikan pengertian yang sejati.Jika disentuh lebih dalam, Pancasila tidak lepas dari hasil karya seorang santri, yang setiap harinya harus hidup dengan memahami Islam ala Indonesia di dalam pesantren. Sebab, kaum santri mempunyai andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tentunya, kaum santri harus menjadi tameng Pancasila demi terwujudnya Indonesia yang lebih damai.
Seorang santri tak akan lepas dari sila-sila Pancasila itu sendiri, karena sikap sifat santri sudah termaktub dalam nilai-nilai Pancasila. Sebagai contoh, sila ketiga “Persatuan Indonesia”, dalam kehidupan kata persatuan adalah kata yang selalu dilakukan dan dijalani setiap hari, karena pesantren bukan hanya dari satu golongan atau satu wilayah.
Pesantren adalah tempat bersatunya para santri dari seluruh pojok Nusantara dengan segala keragaman yang ada.
Santri akan selalu menuruti perintah sang kiai dan melakukan segala sesuatu untuk Indonesia. Dari semua yang di pelajari di pesantren, santri harus ingat sejarah. Kaum santri ikut andil dalam pembentukan Republik Indonesia.
Santri akan selalu menuruti perintah sang kiai dan melakukan segala sesuatu untuk Indonesia. Dari semua yang di pelajari di pesantren, santri harus ingat sejarah. Kaum santri ikut andil dalam pembentukan Republik Indonesia.
Hal ini terlihat dalam perumusan Pancasila ada seorang Santri Muda yang sangat alim, ikut merumuskan Pancasila; KH. Wahid Hasyim
Dalam menjadikan santri Pancasila ini, santri harus mempelajari secara mendalam tentang isu penting seperti gaya hidup berkelanjutan, toleransi, budaya, wirausaha, teknologi, serta kehidupan berdemokrasi.
Dalam menjadikan santri Pancasila ini, santri harus mempelajari secara mendalam tentang isu penting seperti gaya hidup berkelanjutan, toleransi, budaya, wirausaha, teknologi, serta kehidupan berdemokrasi.
Yang tak kalah penting adalah melatih diri dengan melakukan aksi nyata terhadap isu-isu kekinian.
Kepribadian Santri
Kata kunci yang membedakan lembaga pendidikan Pesantren dengan yang lain antara lain terletak pada peran dan fungsinya yang bukan sekadar lembaga transfer pengetahuan.Lebih dari itu, pesantren mengajarkan moral, etika dan akhlak budi pekerti kehidupan serta keteladanan dalam pergaulan di tengah masyarakat.
Seorang santri pada zaman sekarang berbeda dengan santri pada masa perjuangan. Santri sekarang bersinggungan langsung dengan perkembangan teknologi. Apalagi dengan adanya sebuah narasi yang mengatakan bahwa remaja sekarang disebut dengan Generasi Z (Usia 11 - 26 tahun)
Generasi Z (Gen Z) ini memiliki keterbiasaan dengan teknolgi; mulai dari sekolah, belanja bahkan cara mereka berteman.
Generasi Z (Gen Z) ini memiliki keterbiasaan dengan teknolgi; mulai dari sekolah, belanja bahkan cara mereka berteman.
Santri masa kini memiliki kecakapan tinggi tentang media dan juga teknologi. Hal ini melahirkan para santri yang aktif dalam penggunaan media atau teknologi.
Tidak bisa dipungkiri bahwa dengan kemajuan teknologi, dunia terbuka secara luas, dan santri harus siap untuk memilah mana yang baik dan mana informasi yang buruk.
Menjadi santri yang ramah dalam bermedia sosial
Sosial media adalah salah satu alat berkomunikasi visual. Oleh karenanya diperlukan kebijakan yang mengatur batasan dalam bermedia sosial
Menjadi santri yang ramah dalam bermedia sosial
Sosial media adalah salah satu alat berkomunikasi visual. Oleh karenanya diperlukan kebijakan yang mengatur batasan dalam bermedia sosial
![]() |
Empat Panduan Santri Era Digitalisasi
Ada 4 hal yang diperlukan oleh Para Santri Masa Kini, antara lain:- Digital Culture dimana penggunaan media sosial harus dibarengi dengan manajemen waktu yang baik sehingga aktifitas di dalamnya tetap berjalan baik dan dapat menanamkan nilai - nilai kebangsaan, Pancasila, serta kebhinekaan.
- Digital Ethics adalah kemampuan menyadari, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan kita tidak menyebarkan berita bohong (hoax) hingga pencegahan hate speech serta perundungan di dunia maya.
- Digital Skill, berkaitan dengan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras, perangkat lunak serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari. Yang perlu dilakukan para santri adalah menyesuaikan diri dengan belajar dan terus mengaji yang akan menjadi benteng dan tameng dalam era digital seperti saat ini.
- Digital Safety, sebagai kemampuan santri untuk bisa untuk mengenali, menerapkan, dan meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi serta keamanan digital. Misal, kemampuan untuk memilah situs-situs web yang cenderung menimbulkan kebohongan, penipuan, dan hal-hal buruk yang memberikan dampak psikis pada santri itu sendiri.
Dengan semua pedoman di atas, diharapkan semua santri mampu menahan diri serta mampu mengembangkan kemampuan dan menyelaraskan nilai - nilai Pancasila dalam kehidupannya
Oleh: Aril DI,
Editor: Irvan M. Hussein
RUJUKAN
Agusdina Tauficqqurrohman Jalal, 2013, Mesantren untuk Berpancasila, NU Online
Samuel A., Siberkreasi Hangout Online; Dampak Teknologi Terhadap Perkembangan Otak Pada Anak, 2021, KOMINFO
Muhammad Halim, Urgensi 4 Pilar Literasi digital Dalam Kehidupan Masyarakat
Post a Comment